Pada masa kolonialisme Inggris di India, Mohandas Karamchand Gandhi atau lebih dikenal dengan nama Mahatma Gandhi pernah memopulerkan sebuah gerakan perlawanan yang dikenal dengan nama Swadeshi.
Swadeshi berasal dari kata swa yang berarti mandiri atau sendiri dan desh yang berarti negara. Berdasarkan asal katanya, Swadeshi dapat diartikan sebagai negara mandiri. Keberhasilan gerakan Swadeshi di India disampaikan dengan baik kepada orang-orang Indonesia yang berpendidikan Barat. Mereka menjadi peka terhadap pentingnya sikap mandiri dalam ideologi yang dipegang oleh gerakan kaum nasionalis India.
Penekanan yang diberikan Gandhi kepada Swadeshi masuk ke dalam kosakata wacana politik Indonesia sejak pertengahan tahun 1920-an. Kaum pergerakan di Indonesia antusias dengan gerakan Swadeshi di India yang atas nama nasionalisme mempromosikan produksi serta konsumsi barang-barang buatan India sebagai pengganti barang-barang impor luar negeri. Semangat kemandirian ekonomi dari gerakan Swadeshi di India menginspirasi kaum nasionalis di Indonesia untuk mendukung dan membantu koperasi-koperasi milik para pribumi jelata. Koperasi dipandang oleh kaum nasionalis sebagai kunci bagi bangsa Indonesia dalam meraih kembali kendali kehidupan ekonomi, membebaskan diri dari kapitalisme asing dan para lintah darat.
Salah satu tokoh nasionalis yang sangat menyokong gerakan koperasi adalah Mohammad Hatta. Perhatiannya yang dalam terhadap penderitaan rakyat pribumi jelata mendorongnya untuk memelopori gerakan koperasi yang pada prinsipnya bertujuan memperbaiki nasib rakyat kecil miskin dan kelompok ekonomi lemah. Bagi Hatta, koperasi adalah sebuah lembaga self-help lapisan masyarakat yang lemah atau rakyat kecil untuk bisa mengendalikan pasar. Hingga hari ini, Indonesia masih dihadapkan pada masalah kemiskinan, tingginya tingkat pengangguran, dan membanjirnya produk-produk impor yang memukul industri nasional. Gerakan koperasi yang dahulu diusung oleh kaum pergerakan tampak masih sangat relevan untuk membangun kemandirian ekonomi Indonesia.
Pembangunan ekonomi Indonesia masih kurang mengedepankan pengembangan koperasi-koperasi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat kecil. Koperasi sebagai suatu sistem ekonomi, mempunyai kedudukan yang cukup kuat karena memiliki dasar konstitusional, yaitu berpegang pada Pasal 33 UUD 1945, khususnya Ayat 1 yang menyebutkan bahwa: Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Dalam Penjelasan UUD 1945 dikatakan , bangun usaha yang paling cocok dengan asas kekeluargaan itu adalah koperasi. Tafsiran itu sering dikemukakan oleh Bung Hatta, yang sering disebut sebagai perumus pasal tersebut.
Salah satu keunggulan koperasi adalah sifatnya yang kekeluargaan. Koperasi melayani kebutuhan bersama dan merupakan wadah partisipasi pelaku ekonomi skala kecil. Keunggulan inilah yang membuatnya sangat cocok untuk Indonesia yang memiliki budaya gotong-royong dan mayoritas masyarakatnya berasal dari kelas menengah ke bawah. Dengan membangun kembali gerakan koperasi, Indonesia dapat memajukan industri-industri kecil dan menengah dalam negeri yang akan meningkatkan produktivitas rakyat serta menciptakan lapangan pekerjaan baru sehingga ekonomi Indonesia dapat bertumbuh pesat.
Penggunaan sistem ekonomi koperasi akan meningkatkan kesejahteraan rakyat dan memajukan industri dalam negeri. Gerakan koperasi harus digalakan untuk mewujudkan perekonomian Indonesia yang mandiri, bebas dari kuasa kapitalis asing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar